Kepariwisataan sebagai suatu disiplin ilmiah - Feel in Bali

Tuesday, October 29, 2013

Kepariwisataan sebagai suatu disiplin ilmiah

Kepariwisataan sebagai suatu disiplin ilmiah Kepariwisataan sebagai ilmu tersendiri untuk pertama kalinya diajarkan di kota DUBROVNIK (YUGOSLAVIA) tahun 1920 pada sebuah lembaga ilmiah kepariwisataan. Tetapi karena kurangnya hubungan dengan dunia luar, terutama dengan dunia universitas, maka lembaga tersebut hanya dapat bertahan beberapa tahun saja dan kemudian terpaksa dibubarkan. Tahun 1930 di swiss, ilmu kepariwisataan telah diajarkan sebagai mata pelajaran pada berbagai sekolah tinggi dagang. Hal yang sama juga terdapat di Wina (austria) dalam tahun 1934. Dua universitas di swiss yang banyak menyumbangkan kepariwisataan sebagai suatu cabang ilmu penetahuan ialah Bern University dan St. Gallen University pada tahun 1941. Untuk tujuan pendidikan kepariwisataan Bern University telah membentuk “Tourism Research Institute” untuk menampung segala masalah dan perkembangan yang terjadi. Yang banyak berjasa dalam menembangkan kepariwisataan sebagai cabang ilmu pengetahuan adalah Prof. W. Hunzieker (dari St. Gallen University dan Prof. K. Krapr (dari Bern University) Dalam kongres international kepariwisataan di kota Roma (italia) pada tahun 1951, didirikan “ Asosiasi Ahli-Ahli Ilmu Kepariwisataan” yang memilih Prof. W. Hunzieker sebagai presiden asosiasi dan Prof. K. Krapr sebagai sekretarisnya Pada tahun 1962, dalam kongres di madrid (spanyol), setelah memperhatikan langkah-langkah yang telah diambil oleh “Asosiasi Ahli-Ahli Ilmu Kepariwisataan” dan “Organisasi Biro Perjalanan International” secara resmi menetapkan bahwa “ ilmu kepariwisataan“ sebagai cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
Prof. partier mengatakan : Tujuan ilmu kepariwisataan bukanlah sekedar untuk menyediakan dasar-dasar teori bagi perkembangan praktek dalam usaha bidang kepariwisataan tetapi ia memperlakukan ilmu kepariwisataan sebagai suatu bagian penting ilmu ekonomi dunia (umum) Tahun 1968 untuk pertama kalinya di prancis mahasiwsa diberi kesempatan untuk menambil gelar tingkat “sarjana” dalam ilmu kepariwisataan yang sebelumnya hanya sampai tingkat” sarjana muda”. Di indonesia , tepatnya tanggal 17 agustus 1962 sesuai dengan perkembangan kepariwisataan dI tanah air umumnya dan dI kota bandung khususnya, oleh beberapa orang pemrakarsa didirikan suatu akademi kepariwisataan , yaitu “ Akademi Industri Pariwisata” (AKTIPRA) yang kemudian ditingkatkan menjadi “Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata (STIEPAR). disamping itu dI bandung didirikan pula “National Hotel Institute” (NHI) yang kemudian berubah menjadi balai pendidikan dan latihan pariwisata (BPLP) yang kini statusnya ditingkatkan menjadi “Sekolah Tinggi Pariwisata” (STIPAR) PHILIP MC. KEAN seorang antropolog ( I WAYAN GRIYA, Makalah : seminar Aspek-aspek hukum kepariwisataan, universitas udayana, 26 september, h.1 ) pada tahun 1973 menyatakan : Pariwisata adalah sebuah gejala yang tumbuh dan berkembang yang mana akan dipelajari dan dianalisa secara konsepual mengenai : - Apakah teknologi dan organisasi mendukung kepaiwisataan - Siapakah kelompok pengunjung dan siapa sebagai tuan rumah dan apa perannya - Baaimanakah dampak/akibatnya terhadap lembaga tradisional - Apakah peraturan-peraturan yang diterapkan relevan untuk tuan rumah dan tamu. Secara sistemik (susunan yang teratur ) bertumpu pada kerangka kebudayaan, eksistensi pariwisata mencakup empat komponen utama sebagai unsur sistem, yaitu bahwa dalam sistem kepariwisataan : - Pada hakekatnya tercakup seperangkat nilai-nilai, norma-norma, hukum dan aturan-aturan - Dapat dijumpai serangkaian intitusi, organisasi, manajemen kedudukan-kedudukan, peranan dan perilaku indiviual maupun perilaku berpola - Juga terkandung visi, sikap, moral, mentalitas, dan kepribadian individual maupun kolektif - Juga terhimpun seperangkat simbol, teknologi, ekologi, dan materi.