Feel in Bali: TENTANG BALI
Showing posts with label TENTANG BALI. Show all posts
Showing posts with label TENTANG BALI. Show all posts

Tuesday, March 12, 2019

March 12, 2019

Apakah yang dimaksud dengan tanah karang desa?

Apakah yang dimaksud dengan tanah karang desa?


Tanah Karang Desa merupakan tanah pekarangan (bukan kebun, sawah atau ladang) milik desa. Tanah karang desa ini pada prinsipnya tidak boleh diperjualbelikan. Dilihat dari bentuknya, tanah karang desa ini sama dengan tanah ayahan desa, yaitu si pemegang tanah ( penempat tanah karang desa adalah hanya mempunyai hak pakai secara turun-temurun, perbedaanya tanah karang desa tidak berpipil dan tidak kena pajak sedangkan tanah ayahan berpipil dan kena pajak. Pemegang atau orang yang menempati tanah karang desa memiliki kewajiban untuk memikul beban-beban, tugas tugas yang berkaitan dengan desa.


Apabila pemegang atau orang yang menempati tanah karang desa tersebut meninggalkan desa maka tanah karang desa akan jatuh kembali ke tangan desa. Terhadap tanah yang sudah jatuh ke tangan desa, maka dimungkinkan kepada siapa saja warga desa tersebut yang ingin menempati tanah karang desa tersebut boleh mengajukan permohonan untuk bisa menempati dengan beban “ayahan”. Permohonan yang diajukan kemudian akan dibahas dan dipertimbangkan dalam suatu rapat desa. Secara umum, setiap keluarga memegang satu tanah karang desa. Sebab konsekuensinya memegang lebih dari satu tanah karang desa berarti memegang ayahan yang lebih pula, tentu hal ini tidak mungkin bisa dilakukan oleh satu orang. 

Wednesday, October 31, 2018

October 31, 2018

Makna dan Fungsi Kewangen dalam Persembahyangan Umat Hindu

Makna dan Fungsi Kewangen dalam Persembahyangan Umat Hindu


   Dalam persembahyangan umat hindu, terdapat sarana-sarana yang digunakan dalam prosesi persembahyangan tersebut. Sarana –sarana tersebut memiliki makna/arti tersendiri. Salah satu sarana yang digunakan dalam prosesi persembahyangan adalah kewangen. 

    Kewangen berasal dari bahasa jawa kuno dengan kata dasar wangi yang artinya harum dan mendapat awalan ke dan akhiran kan sehingga menjadi kata Kewangen yang artinya keharuman. Kewangen mempunyai fungsi mengharumkan nama Tuhan. Dikutip dari lontar Brahdhara Upanisad, kewangen merupakan lambang dari tuhan. Sedangkan dalam lontar Jaya Kesucian kewangen disebut sebagai lambang Ongkara.

     Ada juga selain istilah kewangen, terdapat pula istilah kawangen yang pada prinsipnya tidaklah memiliki perbedaan dikarenakan kawangen juga merupakan symbol dari kesucian hati. Di dalam kewangen terdapat sesari (bisa uang ataupun uang kepeng/pis bolong) yang merupakan perwujudan dari kemanfaatan hasrat hati kita bahwa sembahyang yang kita lakukan dengan hati yang mantap dan sepenuh hati.

Tuesday, October 23, 2018

October 23, 2018

Meredupnya Eksistensi Drama Gong, Hiburan Rakyat Yang Penuh Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Bali

Meredupnya Eksistensi Drama Gong, Hiburan Rakyat Yang Penuh Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Bali
Sumber Gambar : https://www.nusabali.com/berita/17930/drama-gong-rasa-bebondresan

Drama gong, kesenian ini sangat akrab saya dengar dan saya tonton pada saat saya masih kecil. Hampir setiap kesempatan saya diajak oleh orang tua saya menyaksikan pementasan drama gong baik lewat televisi ataupun menyaksikan secara langsung. Tokoh-tokoh yang masih saya ingat dan cukup terkenal pada masa itu seperti dolar, petruk, perak dan lain sebagainya. Mungkin generasi milenial sekarang tidak semua yang tahu akan bagaimana terkenalnya drama gong ini pada masanya.

Dilihat dari sejarahnya, Drama Gong diciptakan sekitar tahun 1966 oleh seorang budayawan yang bernama Anak Agung Gede Raka Payadnya dari desa Abianbase, Gianyar. Pada awal mulanya, dikenal dengan nama Drama "Klasik". mengapa disebut drama klasik? karena pada saat itu seni pertunjukan ini hanya menyuguhkan tontonan-tontonan drama klasik, terutama dari kisah pewayangan. Namun dalam perkembangannya, pekerja Drama Gong berinisiatif untuk mengafirmasi corak konstruksi kesenian lain dalam model kesenian ini. oleh karena itu munculah corak dan bentuk drama gong yang banyak diafirmasi dari corak dan bentuk teater tradisional Bali yang pada umumnya sering menampilkan lakon-lakon kuno yang bersumber pada cerita-cerita romantis, seperti cerita Panji (Malat), cerita Sampik Ingtai dan kisah sejenis lainnya, termasuk juga cerita-cerita yang berasal dari luar lingkungan budaya Bali sebagai sekedar sampiran.

Penggabungan ini sangat sukses menarik perhatian masyarakat apalagi dengan menghadirkan aroma “Barat” dalam seni pertunjukan drama gong ini. Masyarakat menjadi lebih antusias dalam mengapresiasi, tawaran tampil juga membludak dan pada akhirnya kesenian ini diakui oleh pemerintah. Bersamaan dengan hal ini sebutan Drama “Klasik” kemudian dirubah menjadi Drama Gong. Pengambilan nama ini didasarkan pada dua unsur baku dalam kesenian Drama Gong itu sendiri, yakni “drama” dan instrumen gamelan “gong”. Nama itu diberikan oleh I Gusti Nyoman Panji, salah satu Budayawan Bali yang sangat populer.

Seiring berjalannya waktu, kepopuleran Drama Gong Mulai meredup semenjak I Gusti Nyoman Panji seorang budayawan Bali sekaligus orang yang mempunyai peran penting di dalam perjalanan Drama ini wafat, kepopuleran seni pertunjukan ini pun sedikit demi sedikit meredup. Selain itu rendahnya intensitas dan agrasifitas generasi penerusnya juga sangat mempengaruhi penurunan antusiasme masyarakat untuk menyaksikan Drama Gong ini. Lebih-lebih setelah kesenian Drama Gong mulai dikomersialkan dengan menarik karcis dari para penonton yang berakibat kesenian ini tidak lagi bermasyarakat. Hanya kalangan yang memiliki kemampuan ekonomi yang baik saja yang dapat menikmati pertunjukan Drama Gong pada waktu itu. Oleh karenanya, konsekuensinya ialah lemahnya antusiasme masyarakat Bali pada kesenian ini dikarenakan eksklusivitasnya itu. Dengan demikian, Drama Gong lalu kurang populer di tengah-tengah masyarakat luas.

Drama Gong kembali mengalami kebangkitan kembali setelah hadirnya Ida Bagus Anum Ranuara. Ia mulai menghidupkan Drama Gong lewat Sanggar Mini yang diasuhnya dan didukung oleh para pelaku Drama Gong yang masih bersemangat untuk mengangkatnya kembali. Hingga saat ini, dengan kembalinya Drama Gong sebagai kesenian yang lebih inklusif bagi masyarakat luas, upaya untuk mempertahankannya sangat digalakkan dengan membuka ruang-ruang kursus dan sanggar-sanggar kecil di berbagai daerah, serta prosedur dan administrasial yang telah dibakukan.

Namun sudah belasan tahun lamanya saya tidak mendengar lagi pertunjukan drama gong dipentaskan. Sudah seharusnya generasi saat ini kembali melestarikan kesenian daerah termasuk didalamnya Drama Gong ini. Pertanyaannya adalah, Bagaimana cara membangkitkan Drama Gong ini sedangkan para generasi saat ini hanya sedikit yang mengenal kesenian ini? disinilah peran pemerintah sangat dibutuhkan dengan memberikan ruang-ruang dan kesempatan kesempatan pementasan Kesenian Drama gong. Dengan kesempatan dan ruang yang diberikan oleh pemerintah ini diharapkan kelompok-kelompok drama gong yang saat ini masih bertahan dapat lebih berkembang dan tidak menutup kemungkinan akan muncul kembali kelompok-kelompok drama gong yang baru tentunya dengan berbagai kemasan atau variasi yang sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.


Sunday, August 12, 2018

August 12, 2018

Makna Dibalik Salam “Om Swastyastu” Umat Hindu

Makna Dibalik Salam “Om Swastyastu” Umat Hindu

Salam merupakan salah satu hal yang sangat penting kita ucapkan ketika kita memulai interaksi dengan orang lain. Setiap salam memiliki makna yang baik, tak terkecuali juga salam umat hindu atau lebih dikenal dengan panganjali umat hindu “Om Swastyastu”

Lantas apakah makna dari panganjali “Om Swastyastu” ini? “Om” adalah huruf suci lambang Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan yang Maha Esa). Kata “Swastyastu” secara etimologis berasal dari bahasa sangsekerta yang terdiri dari kata “Su” kata “Asti” dan kata “Astu”. Kata “Su” berarti baik, kata “Asti” berarti adalah dan kata “Astu” berarti mudah-mudahan. Dengan demikian, kata “Swastyastu” ini memiliki pengertian semoga ada dalam keadaan selamat atau dapat diartikan juga panganjali merupakan doa selamat atau salam selamat bagi umat hindu.

Nah demikian ulasan mengenai makna dibalik salam Om Swastyastu Umat Hindu, yang penulis himpun dari berbagai sumber. Jika ada hal yang kurang atau harus ditambahkan, bisa langsung di contact saya melaui fitur yang ada di blog ini. Semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk pembacanya.

Sumber Gambar : https://putueka.com/bali-sweet-escape-tanah-lot-rice-fields/
August 12, 2018

Makna Bunga Dalam Persembahyangan Umat Hindu

Makna Bunga Dalam Persembahyangan Umat Hindu

Sembahyang merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kita kepada sang pencipta (Tuhan yang Maha Kuasa). Secara etimologis sembahyang berasal dari bahasa jawa kuno yang terdiri dari kata sembah dan hyang. Kata “Sembah” berarti menghormati, takluk menghamba permohonan dan “Hyang” berarti Dewa, Dewi, Suci. 

Dalam melaksanakan persembahyangan, terdapat berbagai sarana yang dapat digunakan, salah satunya bunga. Bunga merupakan salah satu sarana untuk mengungkapkan rasa bakti terhadap Tuhan yang Maha Esa. Bunga dalam persembahyangan ini memiliki arti sebagai lambang ketulus ikhlasan pikiran yang suci. 

Dilihat dari segi fungsinya, Bunga memiliki dua fungsi dalam persembahyangan yaitu sebagai simbol Tuhan dan fungsi sebagai sarana persembahyangan. Sebagai simbol Tuhan, bunga diletakkan pada cakupan kedua belah telapak tangan pada saat menyembah dan setelah selesai menyembah, bunga tadi biasanya diletakkan di atas kepala atau ditelinga. Sebagai sarana persembahyangan, bunga dipakai untuk mengisi sesajen yang akan dipersembahkan kepada Tuhan.

Namun dalam praktiknya, tidak semua bunga dapat dijadikan sarana persembahyangan. Menurut Agastya Parwa, ada beberapa bunga yang tidak baik untuk dijadikan sara persembahyangan yaitu, bunga yang berulat, bungan yang gugur tanpa diguncang, bunga yang layu, bunga yang tumbuh di kuburan.

Nah demikian ulasan mengenai makna bunga dalam persembahyangan umat hindu, yang penulis himpun dari berbagai sumber. Jika ada hal yang kurang atau harus ditambahkan, bisa langsung di contact saya melaui fitur yang ada di blog ini. Semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk pembacanya.


Sumber Gambar : https://hindualukta.blogspot.com/2015/03/keunikan-upacara-dan-tradisi-di-bali.html