TANGAN YANG JAHIL
DAN SAMPAH PLASTIK MERUSAK KEASRIAN MANGROVE
TULISAN INI BERTUJUAN UNTUK MENGGUGAH HATI KITA, BETAPA PENTINGNYA
KAWASAN HUTAN MANGROVE UNTUK MEWUJUDKAN SUSTAINABLE TOURISM
DEVELOPMENT
Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan khas, memiliki
nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi, tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila
kurang bijaksana dalam pengelolaannya.
Restorasi ekologi pada dasarnya merupakan tndakan suilvikultur melalui rekayasa lingkungan,
mulai dari penelusuran tapak hingga diketahui tabiat upaya-upaya pemulihannya.
Pulih kembalinya kawasan mangrove seperti sediakala sebelum terdegradasi, menjamin kembali
pulihnya habitat bagi kehidupan satwa liar.
(Taryono dan Yulianto)
Dalam tulisan kali ini, mari sejenak kita melihat potensi wisata kawasan hutan Mangrove yang
ada di Bali Bagian Selatan, tepatnya di daerah Suwung. Gambar di bawah ini adalah ujung dari
hutan Mangrove, dimana kita dapat memandang lepas arah Pantai Selatan. Kita dapat melihat
Pelabuhan Benoa disini. Sungguh Indah pemandangannya.....
Bali memang kaya akan potensi wisata. Salah satu yang dimiliki Bali adalah Ekowisata Hutan
Mangrove. Lokasi lebih kurang 10 kilometer dari kota Denpasar, ke arah selatan, berdekatan
dengan Pura Candi Narmada, dan Pelabuhan Benoa.
Yang perlu diperhatikan dalam Ekowisata Mangrove Suwung di Bali, adalah saat ini sudah
terjadi kerusakan-kerusakan yang disebabkan karena usia. Misalnya sudah banyak jembatan-
jembatan kayu yang bolong akibat pelapukan.
Jika ini dibiarkan, maka bukan tidak mungkin, beberapa tahun lagi, wisatawan enggan
mengunjungi objek wisata ini.
Tidak dapat dipungkiri, objek ini memang menarik untuk dikunjungi. Jujur saja, walau tidak
sering mengunjungi tempat ini, saya merasakan ketertarikan yang teramat sangat. Hal ini
dikarenakan suasana yang tenang, sepi, damai dan nyaman. Wajar saja jika tempat ini juga
dijadikan anak-anak muda untuk berkencan.
-ulah manusia yang mengotori obyek wisata hutan mangrove ini, seperti misalnya grafiti-grafiti
pada papan informasi. Hal ini sangat tidak mengenakkan untuk di pandang. Bayangkan saja,
sebagai wisatawan, ingin juga mengetahui seluk beluk mengenai mangrove. Tapi, begitu hendak
membaca keterangan di papan, sudah sangat sulit untuk mengenali hurup-hurup akibat grafiti.
Demikian sekilas mengenai Ekowisata Mangrove, semoga tulisan ini bermanfaat.
Meskipun temanya sudah lama, tetapi semangat untuk melestarikan Pulau Bali sebagai harta
karun untuk anak cucu kita di masa mendatang. ITU YANG PENTING CHHOOOOYYYY!