LOGAM BERAT - Feel in Bali

Tuesday, September 4, 2012

LOGAM BERAT


Teratologi

perkembangan embrio abnormal dan lahir cacat (congenital malformation).

Teratologi merupakan bagian dari kajian perkembangan. Perkembangan

adalah ilmu yang mempelajari proses perubahan struktur dan fungsi dimulai

dari gamet, embrio, individu muda, tua dan sampai akhir ayat. Toksikologi

adalah ilmu yang mempelajari pengaruh agen toksis terhadap organisme.

Toksikologi perkembangan merupakan pengaruh toksis terhadap proses

perkembangan dimulai dari stadium embrional sampai akhir ayat. Adapun

substansi kimia yang bersifat toksis salah satunya yaitu logam berat,

dimana logam berat yang dimaksud adalah Timbal (Pb), Merkuri (Hg) dan

Kadmium (Cd) (Sagi, 2002).

Toksisitas logam adalah terjadinya keracunan dalam tubuh manusia

yang diakibatkan oleh bahan berbahaya yang mengandung logam beracun.

Zat – zat beracun dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan,

kulit, dan mulut. Pada umumnya, logam terdapat di alam dalam bentuk

batuan, bijih tambang, tanah, air, dan udara. Timbal merupakan satu unsur

logam berat yang lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik

lainnya. Timbal dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan,

pemaparan maupun saluran pencernaan. Lebih kurang 90 % partikel timbal

dalam asap atau debu halus di udara dihisap melalui saluran pernafasan.

Penyerapan di usus mencapai 5 – 15 % pada orang dewasa. Pada anak –

anak lebih tinggi yaitu 40 % dan akan menjadi lebih tinggi lagi apabila si

anak kekurangan kalsium, zat besi dan zinc dalam tubuhnya. Untuk Merkuri

(air raksa, Hg) adalah salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam

dan tersebar dalam batu – batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai

senyawa anorganik dan organik. Selain itu, berbagai jenis aktivitas manusia

dapat meningkatkan kadar ini sedangkan Kadmium merupakan salah satu

adalah

ilmu

yang

mempelajari

jenis logam berat yang berbahaya karena elemen ini beresiko tinggi terhadap

pembuluh darah. Kadmium berpengaruh terhadap manusia dalam jangka

waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal.

Umumnya, makin tinggi kadar logam yang terdapat di alam, makin tinggi

pula efek keracunan yang ditimbulkan oleh logam tersebut (Anonim a,

2010).

Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat di buat rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah efek toksisitas dari Timbal terhadap organ tubuh ?

2. Apakah efek toksisitas dari Merkuri terhadap organ tubuh?

3. Apakah efek toksisitas dari Kadmium terhadap organ tubuh ?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah diatas maka dapat diperoleh tujuan sebagai

berikut:

a. Untuk mengetahui efek toksisitas dari Timbal terhadap organ tubuh

b. Untuk mengetahui efek toksisitas dari Merkuri terhadap organ tubuh

c. Untuk mengetahui efek toksisitas dari Kadmium terhadap organ tubuh.

Manfaat

Dari tujuan diatas maka dapat diperoleh manfaat yaitu paper ini dapat

dijadikan sebagai sarana untuk memperoleh dan menambah wawasan bagi

mahasiswa, serta dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bersama.

BAB II

PEMBAHASAN

Efek Toksisitas dari Timbal (Pb)

Timbal atau timah hitam (Pb) merupakan salah satu polutan yang

dihasilkan oleh aktivitas pembakaran bahan bakar minyak kendaraan

bermotor. Timbal merupakan ancaman yang serius karena menebarkan

racun di udara, dan menyusup ke paru – paru, beredar dalam darah

dan menyebarkan efek buruk jangka panjang. Timbal dalam tubuh

bersifat toksik dan akumulatif, juga merupakan logam berat, yang

tidak pernah ditemukan dalam bentuk murni tetapi selalu bergabung

dengan logam lain. Timbal yang masuk ke dalam tubuh manusia akan

menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh. Timbal dapat masuk ke

dalam tubuh manusia melalui makanan, minuman, tanah, debu dan cat

yang mengandung timbal masuk ke dalam lambung, sedangkan timbal

yang berada di udara masuk melalui paru – paru dan saluran pencernaan,

kemudian masuk ke dalam aliran darah dan organ-organ, lalu dikeluarkan

melalui kulit, feses dan urine.

Gambar

Perjalanan

itu

terhadap banyak fungsi organ yang terdapat dalam tubuh, diantanya :

a. Efek timbal dalam proses sintesa hemoglobin (haemopoitik)

Unsur haemopoitik yang peka terhadap paparan Pb adalah

hemoglobin yang menyebabkan terjadinya anemia. Efek paparan

Pb tersebut menyebabkan terjadinya penurunan sintesis globin

walaupun tak tampak adanya penurunan kadar zat besi dalam serum.

Anemia ringan yang terjadi disertai dengan sedikit peningkatan kadar

ALA (Amino Levulinic Acid) urine. Pada anak – anak juga terjadi

peningkatan ALA dalam darah. Efek dominan dari keracunan Pb

pada sistem hemopoitik adalah peningkatan ekskresi ALA dan CP

(Coproporphyrine). Dapat dikatakan bahwa gejala anemia merupakan

gejala dini dari keracunan Pb pada manusia. Selain itu juga dapat

menimbulkan hal – hal berikut : Meningkatkan kadar protophorphirin

dalam sel darah merah, memperpendek umur sel dan menurunkan

jumlah sel darah merah serta menurunkan kadar retikulosit (sel – sel

darah merah yang masih muda)

Gambar 2.2 Hambatan Pb terhadap pembentukan Hb

b. Efek timbal pada sistem saraf

Pengaruh keracunan timbal dapat menimbulkan kerusakan otak

dan penyakit – penyakit yang berhubungan dengan otak. Anak – anak

lebih peka terhadap paparan Pb, utamanya organ otak lebih sensitif

pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. Paparan menahun

dengan Pb dapat menyebabkan lead encephalopathy. Gambaran klinis

yang timbul adalah rasa malas, gampang tersinggung, sakit kepala,

tremor, halusinasi, gampang lupa, sukar konsentrasi dan menurunnya

kecerdasan. Pada anak dengan kadar Pb darah (Pb-B) sebesar 40-80 ug/

100 ml dapat timbul gejala gangguan hematologis, namun belum

tampak adanya gejala lead encephalopathy. Gejala yang timbul pada

lead encephalopathy antara lain adalah rasa cangung, mudah

tersinggung, dan penurunan pembentukan konsep. Apabila pada masa

bayi sudah mulai terpapar oleh Pb, maka pengaruhnya pada profil

psikologis dan penampilan pendidikannya akan tampak pada umur

sekitar 5-15 tahun. Akan timbul gejala tidak spesifik berupa

hiperaktifitas atau gangguan psikologis jika terpapar Pb pada anak

berusi 21 bulan sampai 18 tahun. Untuk melihat hubungan antara

kadar Pb-B dengan IQ (Intelegance Quation) telah dilakukan

penelitian pada anak berusia 3 sampai 15 tahun dengan kondisi sosial

ekonomi dan etnis yang sama. Pada sampel dengan kadar Pb-B sebesar

40-60

ug/ml

dibandingkan dengan sampel yang kadar Pb-B kurang dari 40 ug/ml.

Pada dewasa muda yang berumur sekitar 17 tahun tidak tampak

adanya hubungan antara Pb-B dan IQ. Gambaran klinis akibat

keracunan Pb terhadap gangguan syaraf perifer dapat berupa semutan

dan kulit terasa tebal. Keracunan kronis Pb akan meningkatkan

kematian yang disebabkan oleh kelainan cerebro vasculer. Efek

keracunan timbal (Pb) terhadap saluran pencernaan berupa abdominal

colic. Efek negatif terhadap liver adalah meningkatnya enzym SGOT

(Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase). Masyarakat dapat

terpapar oleh Pb melalui pencemaran udara, air dan tanah serta dapat

pula masuk kedalam tubuh melalui makanan/minuman, obat-obatan,

rokok dan terpapar oleh cat. Paparan kronis oleh Pb dapat

menyebabkan tertimbunnya Pb dalam organ atau jaringan dan cairan

tubuh. Dalam keadaan ini dapat terdeteksi adanya Pb dalam urine,

feces, keringat , rambut dan kuku. Logam berat Pb yang terdeteksi

dalam darah merupakan indikator penting akibat paparan dan seberapa

jauh akibat/efek yang ditimbulkan. Paparan oleh Pb yang cukup tinggi

di industri dapat memberikan gangguan cerebrovaskular seperti

perdarahan otak, trombosis, dan arterio sclerosis. Karyawan industri

dengan masa kerja 20 tahun dan terpapar timbal dengan kadar yang

cukup tinggi menunjukkan kadar timbal dalam urine sebanyak 100 -

250 ug/liter. Pada pria yang bekerja selama 15 tahun pada pabrik aki

dan pengecoran Pb yang kadar Pb udaranya melebihi 0,15 ug/m3 dapat

timbul hipertensi. Implikasi klinik akibat tercemar oleh Pb dapat

ternyata

mempunyai

IQ

lebih

ditunjukan oleh hubungan antara dosis – efek dan dosis – respon.

Hubungan antara dosis – efek ditunjukkan oleh besarnya dosis dengan

intensitas yang spesifik pada seseorang. Sebagai contoh adalah

bagaimana hubungan antara Pb-B (kadar Pb di dalam darah) dengan

persentasi inhibisi dari ALAD (Amino Levulinic Acid Dehydratase)

dalam darah. Sedangkan hubungan dosis-respon ditunjukkan oleh

hubungan antara dosis paparan dengan proporsi populasi penduduk

yang terkena efek paparan.

c. Efek timbal terhadap sistem urinaria

Timbal yang masuk ke dalam tubuh akan masuk ke dalam aliran

darah. Ikut sertanya senyawa timbal yang terlarut dalam darah ke

sistem urinaria dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada

saluran ginjal. Kerusakan yang terjadi disebabkan terbentuknya

intranuclear inclusion bodies yang disertai dengan membentuk

amnociduria (terjadinya kelebihan asam amino dalam urine). Bahan

pencemar Pb juga dapat menyebabkan tidak berfungsinya tubulus

renal, nephropati irreversible, sclerosis vaskuler, sel tubulus atropi,

fibrosis dan sclerosis glumerolus.

menyebabkan kolik dan kosnstipasi, pada sistem kardiovaskuler

menyebabkan peningkatan permiabilitas pembuluh darah, pada

endokrin mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal.

Akibatnya dapat menimbulkan aminoaciduria dan glukosuria, dan jika

paparannya terus berlanjut dapat terjadi nefritis kronis.

Pada sistem gastro-intestinal

Gambar 2.3 Pb dapat mengganggu fungsi ginjal

d. Efek timbal terhadap sistem reproduksi

Efek pada sistem reproduksi dapat berupa gangguan produksi

sperma, peningkatan resiko keguguran, kehamilan preterm, berat lahir

rendah, gangguan perkembangan neurologi, kesakitan dan kematian,

janin, hambatan perkembangan otak janin serta risiko kelahiran

premature. Pada laki-laki, efek timbal antara lain menurunkan jumlah

sperma dan meningkatnya ajumlah sperma abnormal. Logam berat Pb

mempunyai efek racun terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat

kromosom. Anak – anak sangat peka terhadap paparan Pb di udara.

Paparan Pb dengan kadar yang rendah yang berlangsung cukup lama

dapat menurunkan IQ.

Gambar 2.4

termasuk

didalam

e. Efek timbal terhadap jantung

Timbal yang masuk ke dalam tubuh juga dapat merusak organ

jantung. Namun sejauh ini perubahan otot jantung sebagai akibat

dari keracunan timbal baru ditemukan pada anak – anak. Perubahan

tersebut dapat dilihat dari ketidaknormalan EKG.

f. Efek timbal terhadap tulang

Pada tulang timbal akan ion Pb2+, logam ini mampu menggantikan

keberadaan ion Ca2+ (kalsium) yang terdapat pada jaringan tulang.

Konsumsi makanan tinggi kalsium akan mengisolasi tubuh dari

paparan timbal yang baru.

Efek Toksisitas dari Merkuri (Hg)

Merkuri termasuk bahan teratogenik. MeHg didistribusikan

keseluruh jaringan terutama di darah dan otak. MeHg terutama

terkonsentrasi dalam darah dan otak, 90 % ditemukan dalam darah merah.

Efek toksisitas merkuri terutama pada susunan saraf pusat (SSP) dan ginjal

antara lain tremor (gerakan fluktuatif gemetar pada tubuh) dan kehilangan

daya ingat, dimana merkuri terakumulasi yang dapat menyebabkan

kerusakan SSP. Toksisitas merkuri berbeda sesuai bentuk kimianya,

misalnya sedangkan merkuri organik seperti metil merkuri bersifat toksis

pada sistim saraf pusat. Dikenal tiga bentuk merkuri, yaitu :

1. Merkuri elemental (Hg) : terdapat dalam gelas termometer,

tensimeter air raksa, alat elektrik, batu batere dan cat.

2. Merkuri inorganic : dalam bentuk Hg2+ (Mercuric) dan Hg+

(Mercurous)

3. Merkuri organic

Adapun efek toksisitas dari merkuri yaitu :

a) Merkuri elemental (Hg)



Inhalasi paling sering menyebabkan keracunan

• Tertelan ternyata tidak menyebabkan efek toksik karena

absorpsinya yang rendah kecuali jika ada fistula atau

penyakit inflamasi gastrointestinal atau jika merkuri

tersimpan untuk waktu lama di saluran gastrointestinal.



Intravena dapat menyebabkan emboli paru.

Karena bersifat larut dalam lemak, bentuk merkuri

ini mudah melalui sawar otak dan plasenta. Di otak ia

akan berakumulasi di korteks cerebrum dan cerebellum

dimana ia akan teroksidasi menjadi bentuk merkurik

(Hg++) ion merkuri ini akan berikatan dengan sulfhidril

dari protein enzim dan protein seluler sehingga menggangu

fungsi enzim dan transport sel. Pemanasan logam merkuri

membentuk uap merkuri oksida yang bersifat korosif pada

kulit, selaput mukosa mata, mulut, dan saluran pernafasan.

b) Merkuri inorganic

Merkuri

inorganic

sering

gastrointestinal, paru – paru dan kulit. Pemaparan akut dan kadar

tinggi dapat menyebabkan gagal ginjal sedangkan pada pemaparan

kronis dengan dosis rendah dapat menyebabkan proteinuri,

sindroma nefrotik dan nefropati yang berhubungan dengan

gangguan imunologis.

c) Merkuri organic

Merkuri organic berbentuk rantai pendek alkil (metil

merkuri) dapat menimbulkan degenerasi neuron di korteks cerebri

dan cerebellum dan mengakibatkan parestesi distal, ataksia,

disartria, tuli dan penyempitan lapang pandang. Metil merkuri

mudah pula melalui plasenta dan berakumulasi dalam fetus

yang mengakibatkan kerusakan janin dan terhadap pertumbuhan

bayi, kematian dalam kandungan dan cerebral palsy. Selain itu,

bayi yang dilahirkan dari ibu yang terkena racun MeHg dapat

menderita kerusakan otak dengan akibat : Retardasi mental, yaitu

keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak

masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak), tuli, buta,

mikrocephali (campak), serta gangguan menelan makanan.

Efek terhadap sistem pernapasan dan pencernaan makanan dapat

menyebabkan terjadinya keracunan yang parah. Keracunan merkuri dari

lingkungan dapat mengakibatkan kerusakan berat pada jaringan paru -

paru, sedangkan keracunan makanan yang mengandung merkuri dapat

menyebabkan kerusakan liver.

Efek Toksisitas dari Kadmium (Cd)

Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya

karena elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium

berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat

terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal.

1. Efek kadmium terhadap ginjal

Logam Cd dapat menimbulkan gangguan dan bahkan mampu

menimbulkan kerusakan pada sistem yang bekerja di ginjal. Kerusakan

yang terjadi pada sistem ginjal dapat dideteksi dari tingkat jumlah

atau jumlah kandungan protein yang terdapat dalam urine. Petunjuk

kerusakan yang dapat terjadi pada ginjal akibat logam kadmium yaitu

terjadinya asam amniouria dan glokosuria, dan ketidaknormalan

kandungan asam urat kalsium dan fosfor dalam urine.

Jika pada binatang, dengan menyuntikan larutan kadnium klorida

kedalam tubuh kelinci betina manunjukkan bahwa kelinci tersebut

turun berat badannya. Urinenya me ngandung protein melampaui batas

normal dan kadang – kadang disertai keluarnya alkaliphosphatase

dan asam Phosphatase sebagai tanda adanya kerusakan pada tubulus

distal dari ginjal. Konsentrasi kadnium klorida sebesar antara 10,50 -

300 ppm dalam air minum tikus menyebabkan perubahan dari hampir

seluruh pembuluh darah ginjal apabila diperiksa dengan mikroskop

electron. Tetapi tidak ada tanda – tanda perubahan yang terlihat dalam

waktu 24 minggu apabila kadar kadnium dalam air minum tersebut

hanya 1 ppm.

2. Efek kadmium terhadap paru

Keracunan yang disebabkan oleh peristiwa terhirupnya uap dan

atau debu kadmium juga mengakibatkan kerusakan terhadap organ

respirasi paru – paru. Kerusakan paru – paru tersebut dapat terjadi

sebagai akibat dari keracunan kronis yang disebabkan oleh Cd.

3. Efek kadmium terhadap jantung

Kadnium sebagai penyebab hipertensi atau penyebab penyakit

jantung pada manusia (aterosclerotic heart disease) mungkin masih

diragukan, tetapi percobaan dengan binatang untuk mengetahui

hubungan tersebut telah dilakukan. Binatang percobaan kelinci dibuat

hipertensi dengan memberikan injeksi intra peritoneal kadnium asetat

seminggu sekali sampai beberapa bulan lamanya. Suatu endapan

kadnium terbentuk beberapa waktu kemudian dalam jaringan hati

dan ginjal (batu ginjal merupakan salah satu penyebab hipertensi dan

hipertensi merupakan salah satu penyebab penyakit jantung)

4. Efek kadmium terhadap tulang

Efek keracunan kadmium juga dapat mengakibatkan kerapuhan

pada tulang. Gejala rasa sakit pada tulang sehingga menyulitkan

untuk berjalan. Terjadi pada pekerja yang bekerja pada industri yang

menggunakan kadmium. Penyakit tersebut dinamakan “itai-itai”.

5. Efek kadmium terhadap sistem reproduksi

Daya racun yang dimiliki oleh kadmium juga mempengaruhi

sistem reproduksi dan organ-organya. Pada konsentrasi tertentu

kadmium dapat mematikan sel-sel sperma pada laki-laki. Hal inilah

yang menjadi dasar bahwa akibat terpapar oleh uap logam kadmium

dapat mengakibatkan impotensi.

Adapun Gejala akut dan kronis akibat keracunan Cd ( Kadnium) antara

Gejala akut :

a. Sesak dada

b. kerongkongan kering dan dada terasa sesak (constriction of chest)

c. nafas pendek

d. nafas terengah-engah

e. distress dan bisa berkembang kearah penyakit radang paru-paru

f. sakit kepala dan menggigil

g. dapat diikuti kematian.

Gejala kronis :

a. Nafas pendek

b. kemampuan mencium bau menurun

c. berat badan menurun

d. gigi terasa ngilu dan berwarna kuning keemasan

Selain menyerang pernafasan dan gigi, keracunan yang bersifat kronis

menyerang juga saluran pencernaan, ginjal, hati dan tulang.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa adapun

pengaruh Timbal (Pb) terhadap organ yaitu terjadi dalam proses

sintesa hemoglobin (haemopoitik), sistem saraf, sistem urinaria, sistem

reproduksi, jantung dan tulang sedangkan untuk Merkuri (Hg) akan

mengakibatkan pengaruh pada susunan saraf pusat (SSP) dan ginjal. Untuk

pengaruh dari logam Kadmium (Cd) itu terjadi pada sistem organ ginjal,

paru, tulang dan sistem reproduksi serta memiliki efek pada organ jantung.

Pada dasarnya besarnya risiko akibat terpapar oleh logam berat, tergantung

dari sumber logam di lingkungan dan tingkat paparannya.

SARAN

Paper ini masih jauh dari sempurna sehingga bagi pembaca

diharapkan agar mencari literature lain yang relevan untuk menambah

wawasan bagi pembaca dan agar mengaplikasikan apa yang terdapat

dalam paper ini mengingat logam berat sangat berpengaruh bagi

kehidupan, terutama bagi kesehatan tubuh kita.