Skip to main content

Manajemen

1.1 Pengertian Organisasi
Definisi organisasi secara umum:
“Kelompok orang yang secara bersama-sama ingin mencapai tujuan”
Definisi organisasi menurut para ahli:
1. Menurut ERNEST DALE:
Organisasi adalah suatu proses perencanaan yang meliputi penyusunan, pengembangan, dan pemeliharaan suatu  struktur atau pola hubunngan kerja dari orang-orang dalam suatu kerja kelompok.
2. Menurut CYRIL SOFFER:
Organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi peran tertentu dalam suatu system kerja dan pembagian dalam mana pekerjaan itu diperinci menjadi tugas-tugas, dibagikan kemudian digabung lagi dalam beberapa bentuk hasil.
3. Menurut KAST & ROSENZWEIG:
Organisasi adalah sub system teknik, sub system structural, sub system pshikososial dan sub system manajerial dari lingkungan yang lebih luas dimana ada kumpulan orang-orang berorenteasi pada tujuan.
1.2 Karakteristik Organisasi
Terdapat 4 karakteristik dari sebuah organisasi, yaitu :
a. Tujuan
Setiap organisasi harus memiliki tujuan. Tujuan dicermikan oleh sasaran-sasaran yang dilakukan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Kumpulan orang
Organisasi setidaknya terdiri dari kumpulan orang, berarti minimal dua yang memiliki tujuan bersama.
c. Struktur
Struktur dibentuk dalam sebuah organisasi dengan tujuan agar posisi setiap anggota organisasi dapat dipertanggungjawabkan, mengenai hak maupun kewajibannya.


d. Sistem dan Prosedur
Sebuah organisasi diatur berdasarkan aturan-aturan yang ditetapkan bersama dan tentu saja harus dengan penuh komitmen dalam menjalankan. Implementasi dari sistem dan prosedur ini adalah adanya ketetapan mengenai tata cara, sistem rekrut dan birokrasi.

1.3 Organisasi Tradisional & Modern (Teori Organisasi)
Dalam pembahasan mengenai teori organisasi, mencangkup masalah teori-teori organisasi yang pernah ada dan berlaku beserta sejarah dan perkembangannya hingga sekarang. Yaitu meliputi teori organisasi klasik, teori organisasi neoklasik dan teori organisasi modern.
1. Teori Organisasi Klasik
Dalam teori ini, organisasi secara umum digambarkan oleh para teoritis klasik sangat tersentralisasi dan tugas-tugasnya terspesialisasi, serta memberikan petunjuk mekanistik struktural yang kaku tidak mengandung kreativitas.
2. Teori Organisasi Neoklasik
Teori neoklasik secara sederhana dikenal sebagai teori/aliran hubungan manusiawi (The human relation movement). Anggapan dasar teori ini adalah menekanan pentingnya aspek psikologis dan sosial karyawan sebagai individu maupun sebagai bagian kelompok kerjanya
3. Teori Organisasi Modern
Teori modern adalah multidisiplin dengan sumbangan dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Teori modern melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan dan saling ketergantungan, yang di dalamnya mengemukakan bahwa organisasi bukanlah suatu sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil, akan tetapi organisasi merupakan sistem terbuka. Interaksi dinamis antar proses, bagian dan fungsi dalam suatu organisasi, maupun dengan organisasi lain dan dengan lingkungan.
Teori modern dikembangkan sejak tahun 1950,dalam banyak hal yang mendalam teori modern berbeda dengan teori klasik, perbedaan tersebut diantaranya adalah:
a. Teori klasik memusatkan pandangannya pada analisa dan deskripsi organisasi sedangkan Teori modern dengan tekanan pada perpaduan dan perancangan menjadikan pemenuhan suatu kebutuhan yang menyeluruh.
b. Teori klasik telah membicarakan konsep koordinasi, skalar dan vertikal, sedangkan Teori modern lebih dinamis dari pada teori lainnya dan meliputi lebih banyak variable yang dipertimbangkan.

1.4 Pengertian Manajer
Manajer adalah seseorang yang mengarahkan orang lain dan bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut. Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenag formal untuk mengorganisasi, mengarahkan dan mengontrol para bawahan yang bertanggungjawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan (Robert Tanembaum)
Tugas-tugas manajer :
1. Siklus pengambilan keputusan, POSDC, penilaian dan pelaporan
2. Manajer harus dapat menciptakan kondisi yang akan membantu bawahannya mendapatkan kepuasan dalam pekerjaannya.
3. Berusaha agar para bawahannya bersedia memikul tanggung jawab.
4. Harus membina bawahannya agar dapat bekerja secara efektif dan efisien.
5. Manajer harus membenahi fungsi-fungsi fundamental manajemen dengan baik.
6. Manajer harus mewakili dan membina hubungan yang harmonis dengan pihak luar.

2.1 Pengertian Manajemen
Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, pelaporan, peramalan, dan evaluasi yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya, manajemen juga merupakan suatu seni, karena untuk melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain dibutuhkan keterampilan khusus.
2.2 Alasan-Alasan Dibutuhkan Manajemen
Dari beberapa pandangan terhadap manajemen, mengapa manajemen diperlukan, yaitu :
1. Untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan juga tujuan individu yang ada dalam organisasi tersebut.
2. Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan, sasaran dan kegiatan yang bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan organisasi.
3. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.  Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan benar, sedangkan efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

2.3 Fungsi & Proses Manajemen
Fungsi fungsi manajemen dapat diringkas menjadi empat fungsi dasar dan paling penting:
1. Merencanakan:
Fungsi ini mencakup menetapkan sasaran, menetapkan strateji, dan menyusun rencana untuk memadukan dan mengkoordinasikan sejumlah kegiatan untuk mencapai sasaran.
2. Mengorganisasi:
Fungsi ini mencakup menentukan apa yang perlu dilakukan, bagaimana cara melakukan, dan siapa yang harus melakukan, dan siapa melapor kepada siapa.
3. Memimpin:
Tugas manajemen adalah bekerja dan melalui orang lain, fungsinya adalah mengarahkan dan memotivasi, mempengaruhi dan individu atau tim untuk bekerja, memilih saluran komunikasi yang efektif atau menyelesaikan konflik
4. Mengendalikan:
Fungsi ini untuk menjamin sesuatu berjalan sebagaimana mestinya dengan memantau dan menilai kinerja denganmembandungkan kinerja aktual dengan sasaran yang yang telah ditetapkan.


2.4 Peran & Keterampilan Manajemen
Henry Mintzberg mengelompokkan peran manajer menjadi 3 kategori yaitu:
1. Peran Interpersonal
Para manajer dituntut untuk melaksanakan tugas-tugas yang melibatkan semua karyawan yang ada di dalam dan luar organisasi dan tugas-tugas lain yang sifatnya seremonial atau simbolis sebagai pemelihara suatu jaringan hubungan luar yang berkembang dan memberikan dukungan dan informasi.
2. Peran Informasional
Yaitu menerima, mengumpulkan, dan menyebarkan informasi. Manajer memantau perkembangan-perkembangan dari lingkungan yang ada di luar organisasi dengan membaca informasi, baik dari surat kabar ataupun media elektronik. Manajer juga bertindak sebagai saluran informasi bagi anggota-anggota organisasi.
3. Peran Memutuskan
Mintzberg mengidentifikasikan empat peran memutuskan yang seputar perbuatan pilihan, yaitu:
a. Sebagai wirausaha, manajer mengawali dan mengawasi proyek-proyek baru yang akan memperbaiki kinerja perusahaan mereka
b. Sebagai proyek menangani gangguan, manajer mengambil tindakan pembetulan sebagai tanggapan terhadap masalah-masalah yang sebelumnya tak terlihat
c. Sebagai pengelola sumber daya. Manajer bertanggung jawab untuk membagikan sumber daya manusia, fisik dan uang
d. Sebagai perunding ketika mereka mendiskusikan dan tawar menawar dengan kelompok-kelompok lain untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan
Keterampilan Manajemen
Robert L Katz menggolongkan keterampilan dasar manajer menjadi 3 golongan yaitu sebagai berikut:
1. Keterampilan teknis (Technical skill)
Keterampilan teknis merupakan kemampuan untuk menggunakan keahlian khusus dalam melakukan tugas tertentu.
2. Keterampilan kemanusiaan (Human skill)
Kemampuan bekerja sama dengan orang lain disebut human skill. Seorang manajer yang memiliki human skill yang baik akan mempunyai tingkat kewaspadaan diri yang tinggi serta kemampuan untuk dapat memahami perasaan orang lain.
3. Keterampilan konseptual (Conceptual skill)
Pada akhirnya semua manajer harus mempunyai kemampuan untuk melihat situasi secara luas (comprehensive) serta mampu memecahkan persoalan yang akan memberikan manfaat bagi mereka yang perlu diperhatikan. Keterampilan tersebut mencakup kemampuan untuk merinci permasalahan menjadi beberapa bagian yang lebih spesifik sehingga dapat dilihat kaitan antar masing-masing bagian tersebut, serta mengatahui dampak dari setiap permasalahan itu bagi orang lain.



3.1 Sejarah Manajemen 
IImu manajemen merupakan salah satu disiplin ilmu sosial. Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen, namun diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Praktik manajemen dapat ditelusuri kembali ke ribuan tahun yang lalu. Bangsa Mesir menggunakan fungsi-fungsi manajemen perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian ketika membangun piramida.




3.2 Teori Manajemen Klasik
Robert Owen (1771 – 1858)
Dimulai pada awal tahun 1800-an sebagai Manajer Pabrik Pemintalan Kapas di New Lanark, Skotlandia. Robert Owen mencurahkan  perhatiannya pada penggunaan factor produksi mesin dan faktor produksi tenaga kerja. Dari hasil pengamatannya disimpulkan bahwa, bilamana terhadap mesin diadakan suatu perawatan yang baik akan memberikan keuntungan kepada perusahaan, demikian pula halnya pada tenaga kerja, apabila tenaga kerja dipelihara dan dirawat (dalam arti adanya perhatian baik kompensasi, kesehantan, tunjangan dan lain sebagainya) oleh pimpinan perusahaan akan memberikan keuntungan kepada perusahaan.
Charles Babbage (1792 – 1871)
Charles Babbage adalah seorang Profesor Matematika dari Inggris yang menaruh perhatian danminat pada bidang manajemen. Dia percaya bahwa aplikasi prinsip-prinsip ilmiah pada proses kerja akan menaikkan produktivitas dari tenaga kerja dan menurunkan biaya, karena pekerjaan-pekerjaan dilakukan secara efektif dan efisien. Dia menganjurkan agar para manajer bertukar pengalaman dan dalam penerapan prinsip-prinsip manajemen.
Tokoh lainnya dari aliran manajemen klasik ini yaitu Henri Fayol (1841-1925). Fayol diakui sebagai penemu aliran manajemen klasik bukan karena dia adalah orang pertama yang menemukan tingkah laku manajerial, tetapi karena dia adalah orang pertama yang membuatnya menjadi sistematik. Peninggalan Fayol yang paling terkenal adalah tentang lima fungsi utama manajemen, yaitu merencanakan, mengorganisasi, memerintah, mengkoordinasi, dan mengontrol. Menurut Fayol, praktik manajemen dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pola yang dapat diidentifikasi dan dianalisis. Dan selanjutnya analisis tersebut dapat dipelajari oleh manajer lain atau calon manajer.

3.3 Manajemen Ilmiah
Manajemen ilmiah atau disebut juga manajemen modern adalah kepemimpinan atau pengelolaan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan dengan menggunakan cara kerja yang berdasarkan prinsip - prinsip atau pedoman - pedoman keilmuan. Adapun ciri - ciri manajemen ilmiah atau modern adalah sebagai berikut :
Menggunakan cara kerja keilmuan dan prinsip - prinsip keilmuan sebagai hasil percobaan dan penyelidikan yang ilmiah pula.
Terdapat nasionalisasi yaitu bekerja berdasarkan perhitungan - perhitungan atau pemikiran yang cermat dan teliti, jadi meninggalkan cara kerja trial and error.
Terdapat standarisasi yaitu bekerja berdasarkan ukuran - ukuran ( standar - standar ) tertentu, baik dalam cara kerja, waktu yang digunakan, maupun hasil produksi yang diharapkan.
Terjadi peningkatan produktivitas sebagai hasil kerja yang efektif dan efisien.
Cara kerja dan hasil kerjanya dapat mengikuti dan memenuhi tuntutan kebutuhan jaman yang makin meningkat.



4.1 Teori Organisasi Klasik
Henri Fayol (1841-1925), seorang industrialis Perancis, mengemukakan teori dan teknik-teknik administrasi sebagai pedoman bagi pengelolaan organisasi-organisasi yang kompleks dalam bukunya yang terkenal, Administratation Industrielle et Generalle (Administrasi Industri dan Umum). Dalam teori administrasinya Fayol memerinci manajemen menjadi 5 (lima) unsur, yaitu:
1. Perencanaan;
2. Pengorganisasian;
3. Penmberian Perintah;
4. Pengkoordinasian; dan
5. Pengawasan.




4.2 Teori Manajemen Neo Klasik (Aliran Hubungan Manusiawi)
Teori manajemen neo klasik adalah teori manajemen yang diperuntukan untuk manajer agar lebih memerhatikan tingkat psikologi dan hubungan antar manusia dalam lapangan pekerjaan. Berikut beberapa ahli yang awalnya mencetuskan pelengkap teori organisasi Neo klasik:
Hugo Munsterberg (1863-1916)
Sebagai pencetus psikologi industri, Hugo terkenal dengan sebutan “bapak psikologi industri”. Hugo mengungkapkan bahwa untuk mencapai peningkatan produktivitas dalam pekerjaan, dapat dilakukan melalui 3 cara:
1.  Penemuan best possible person (orang yang     terbaik)
 2.  Penciptaan best possible work
 3.  Penggunaan best possible effect untuk memotivasi karyawan
Munsterberg juga menyarankan penggunaan teknik-teknik yang diambil dari psikologi eksperimen. Sebagai contoh, berbagai metode yang dilakukan dalam memilih karakteristik yang cocok dengan kebutuhan suatu jabatan.
Elton Mayo (1880-1949) dan percobaan-percobaan hawthorne
“Hubungan manusiawi” yang merupakan istilah umum sering menggambarkan cara seorang manajer berinteraksi dengan bawahannya. Bila “manajemen personalia” memotivasi lebih besar untuk lebih baik dalam bekerja, maka hubungan manusiawi dalam organisasi tersebut “baik” dan begitu juga sebaliknya. Untuk menciptakan hubungan manusiawi yang selalu baik, hendaknya manajer harus memahami mengapa karyawan bertingkah seperti yang hendak mereka lakukan dan faktor-faktor apa saja yang memotivasi mereka untuk melakukan hal demikian.
Pada tahap aliran perilaku atau hubungan manusiawi organisasi melihat pada
hakikatnya adalah sumber daya manusia. Aliran ini memandang aliran klasik
kurang lengkap karena terlihat kurang mampu mewujudkan efisiensi produksi
yang sempurna dengan keharmonisan di tempat kerja. Manusia dalam sebuah
organisasi tidak selalu dapat dengan mudah diramalkan prilakunya karena
sering juga tidak rasional. Oleh sebab itu para manajer perlu dibantu dalam
menghadapi manusia, melalui antar lain ilmu sosiologi dan psikologi.

4.3  Aliran Manajemen Modern
Teori modern mengemukakan bahwa organisasi bukanlah suatu sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil, tetapi organisasi adalah suatu sistem terbuka yang harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungannya. Teori organisasi dan manajemen modern dikembangkan sejak tahun 1950, Teori modern, dengan tekanan pada perpaduan dan perancangan, menyediakan pemenuhan suatu kebutuhan yang menyeluruh.
Dasar Pemikiran Teori Organisasi Modern
Teori organisasi dan manajemen modern dikembangkan sejak tahun 1950 , banyak hal yang mendasar berbeda dengan teori klasik : Teori klasik memusatkan pandangannya pada analisa dan deskripsi organisasi. Melalui analisa dan metode ilmiah, sasaran-sasaran organisasi telah dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sesuai hakekat pekerjaan itu sendiri. Ilmu pengetahuan klasik telah membicarakan konsep koordinasi ,skalar dan vertikal. Dengan berkembangnya teknologi dan majunya kegiatan-kegiatan perlu konsep sistem. Maka timbullah perhatian pada operasi atau proses organisasi. Teori organisasi modern lebih dinamis daripada teori-teori lainnya dan meliputi lebih banyak variabel yang dipertimbangkan.
Tokoh-tokoh dalam Aliran Modern
Abraham Maslow, yang mengemukakan adanya idquo, yaitu Ego dan Super Ego, dan Hirarki Kebutuhan Manusia, dalama penjelasannya tentang perilaku manusia dan dinamika motivasi.
Douglas McGregor, yang terkenal karena mengemukakan teori X dan teori Y.
Frederick Herzberg, yang mengemukakan teori motivasi higienis dan teori dua factor.
Robert Blak dan Jane Mounton, yang membahas lima gaya kepemimpinan dan kisi-kisi manajerial (managerial grid).
Rensistlikert, yang telah mengidentifikasi dan melakukan penelitian secara ekstensive mengenai Empat Sistem Manajemen, diantaranya Exploitif-Otoritatif sampai Partisipatif Kelompok.
Chris Argyris, yang memandang organisasi sebagai sistem social atau sistem hubungan antar budaya.


4.4  Perkembangan Teori Manajemen di Masa Mendatang 
  Ada lima kemungkinan arah perkembangan teori  manajemen selanjutnya di masa mendatang yaitu :
1. Dominan. Salah satudari aliran utama dapat muncul sebagai yang paling berguna.
2. Divergence. Setiap aliran berkembang melalui jalurnya sendiri.
3. Convergence. Aliran-aliran dapat menjadi sepaham dengan batasan-batasan di antara mereka cenderung kabur.
4. Sintesa. Masing-masingaliranberintegrasi.
5. Proliferation. Akhirnya ada kemungkinan muncul lebih banyak aliran lagi.


5.1 Pengertian Pengambilan Keputusan
Kehidupan manajer dipenuhi dengan serangkaian pembuatan keputusan. Kegiatan ini memainkan peranan penting, karena kualitas keputusan – keputusan manajer akan menentukan efektifitas rencana yang disusun. Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya adalah :

1. Menurut George R. Terry
Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.

2. Menurut S.P. Siagian
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.

3. Menurut James A.F. Stoner
Pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

Dari pengertian-pengertian pengambilan keputusan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindak lanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah.

5.2 Proses Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan proses yang kompleks yang memerlukan penanganan yang serius. Secara umum, proses pengambilan keputusan meliputi tujuh langkah berikut (Gibson dkk, 1987)
1. Menerapkan tujuan dan sasaran : Apa hasil yang harus dicapai dan apa ukuran pencapaian hasil tersebut.
2. Identifikasi persoalan : Persoalan-persoalan di seputar pengambilan keputusan harus diidentifikasikan dan diberi batasan agar jelas.
3. Mengmbangkan alternatif : Selama alternatif itu ada hubungannya, walaupun sedikit, harus ditampung dalam tahap ini. Belum ada komentar dan analisis.
4. Menentukan alternatif : Dalam tahap ini mulai berlangsung analisis tehadap berbagai alternatif yang sudah dikemukakan pada tahapan sebelumnya.
5. Memilih alternatif : Beberapa alternatif yang layak tersebut di atas harus dipilih satu alternatif yang terbaik.
6. Menerapkan keputusan : Keputusan itu sendiri merupakan abstraksi, sedangkan baik tidaknya baru dapat dilihat dari pelaksanaannya.
7. Pengendalian dan evaluasi : Pelaksanaan keputusan perlu pengendalian dan evaluasi untuk menjaga agar pelaksanaan keputusan tersebut sesuai dengan yang sudah diputuskan.

5.3 Tipe-Tipe Pengembalian Keputusan

Pada dasarnya tipe-tipe pengambilan keputusan dapat dibedakan menjadi tiga hal, yaitu:

1. Keputusan yang diprogramkan :
  Keputusan yang diprogramkan merupakan keputusan yang direncanakan sesuai dengan kebiasaan, aturan, atau prosedur yang berlaku. Untuk lebih jelasnya dapat diberikan contoh dari tipe keputusan ini: Kegiatan audit mutu internal, Rapat tinjauan manajemen, Pemeliharaan rutin, Pemeliharaan suku cadang secara rutin, Mengikuti pelatihan yang direncanakan.
2. Keputusan yang tidak diprogramkan :
Keputusan yang tidak diprogramkan merupakan keputusan yang tidak direncanakan sebelumnya. Biasanya berkenaan dengan masalah-masalah baru dan bersifat khusus. Dalam menangani tipe keputusan ini, pimpinan cenderung menggunakan pertimbangan, intuisi, dan kreativitas. Untuk lebih jelasnya dapat diberikan contoh dari tipe keputusan ini: Keluhan dari pelanggan, Keterlambatan distribusi ke pelanggan, Kerusakan mesin yang berakibat fatal, Pengunduran diri personel inti, Unjuk rasa dan pemogokan karyawan.
3. Keputusan – keputusan dengan kepastian, resiko, dan ketidakpastian
Para manajer membuat keputusan-keputusan sekarang adalah bagi kegiatan-kegiatan yang akan dilaksankan dan tujuan yang akan dicapai di waktu yang akan datang. Situasi-situasi pembuatan keputusan ini menyangkut berbagai aspek yang  tidak dapat diketahui dan sulit diperkirakan,  seperti reaksi pesaing tertentu, atau tingkat inflasi tiga tahun mendatang. Tingkat ketidakpastian dalam berbagai situasi akan berbeda-beda oleh karena itu, manajer akan menghadapi ketiga macam situasi : kepastian, risiko, dan ketidakpastian.
5.4 Manajer sebagai Pengambil Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan bagian terpenting  dari manajer, yang dihubungkan dengan pelaksanaan perencanaan, dalam hal memutuskan tujuan yang akan dicapai, sumber daya yang akan dipakai, siapa yang melaksanakan, siapa yang bertanggung jawab dalam pekerjaan yang diserahkannya dll.
Pengambilan keputusan (decision making) memegang peranan penting karena keputusan yang diambil oleh manajer merupakan hasil pemikiran akhir yang harus dilaksanakan oleh bawahannya atau organisasi yang ia pimpin. Keputusan manajer sangat penting karena menyangkut semua aspek. Kesalahan dalam mengambil keputusan bisa merugikan organisasi, mulai dari  kerugian citra sampai pada kerugian uang. Pengambilan keputusan adalh suatu prosespemikiran dalam pemecahan masalah untuk memperoleh hasil yang akan dilaksanakan. Ada masalah yang mudah diselesaikan ada pula masalah yang sulit,tergantung besarnya masalah dan luasnya dengan beberapa faktor.


6.1 Pengambilan Keputusan Kelompok
Banyak perdebatan muncul saat menentukan efektivitas pengambilan keputusan secara individu atau kelompok. Secara kelompok biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai keputusan dibandingkan secara individu, tetapi mengikut-sertakan spesialis dan ahli menguntungkan karena interaksi di antara mereka akan menghasilkan keputusan yang lebih baik.
Keputusan tertentu tampaknya memang menjadi lebih baik jika dibuat oleh kelompok, sementara hal lain lebih cocok jika dibuat oleh individu. Keputusan tidak terprogram lebih cocok jika dibuat oleh kelompok. Curahan bakat biasanya dibuat oleh manajer puncak karena begitu pentingnya keputusan ini.
Suasana yang memungkinkan berkembangnya kreativitas mesti dibina karena kelompok lebih cocok dibanding individu untuk keputusan tidak terprogram. Pengambilan keputusan kelompok mirip dengan sumbang saran. Diskusi mesti mengalir dan spontan, semua anggota harus berpartisipasi dan evaluasi awal mesti dihindarkan atas gagasan masing-masing anggota untuk mendorong partisipasi.

6.2 Kebaikan dan Kelemahan Keputusan Kelompok

Kebaikan
1. Dalam pengembangan tujuan, kelompok memberikan jumlah pengetahhuan yang lebih besar.

2. Dalam pengembangan alternatif, usaha individual para anggota kelompok dapat memungkinkan pencarian lebih luas dalam berbagai bidang fungsional organisasi.
3. Dalam penilaian alternatif, kelompok mempunyai kerangka pandangan yang lebih lebar.
4. Dalam pemilihan alternatif kelompok lebih dapat meneri-ma risiko disbanding pembuat keputusan individual.
5. Karena berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, para anggota kelompok secara individudal lebih termotivasi untuk melaksanakan keputusan.
6. Kreativitas yang lebih besar dihasilkan dari interaksi antar individu dengan berbagai pandangan yang berbeda- beda.

Kelemahan
1. Implementasi suatu keputusan apakah dibuat oleh kelompok atau tidak, harus diselesaikan oleh para manejer secara individual. Karena kelompok tidak diberikan tanggung jawab, keputusan kelompok dapat menghasilkan situasi dimana tidak seorangpun merasa bertanggung jawab dan saling melempar tanggung jawab.
2. Berdasarkan pertimbangan nilai dari waktu sebagai salah satu sumber daya organisasi, keputusan kelompok sangant memakan biaya.
3. Pembuatan keputusan kelompok adalah tidak efesien bila keputusan harus dibuat dengan cepat.
4. Keputusan kelompok, dalam berbagai kasus, dapat merupakan hasil kompromi atau bukan sepenuhnya keputusan kelompok.
5. Bila atasan terlilbat, atau salah satu anggota mempunyai kepribadian yang dominan, keputusan yang dibuat kelompok dalam kenyataannya bukan keputusan kelompok.

6.3 Berbagai Gaya Dalam Pengambilan Keputusan
Unsur kedua dalam pohon keputusan Vroom – Yetton adalah “gaya” pembuatan keputusan manajemen. Berbagai gaya adalah mungkin, tetapi lima gaya (1-5) berikut ini adalah yang paling umum :
1. manajer membuat keputusan sendiri, dengan menggunakan informasi yang tersedia pada waktu tertentu.
2. manajer mendapatkan informasi yang diperlukan dari para bawahan dan kemudian menentukan keputusan yang sesuai.
3. manajer membicarakan masalah dengan para bawahan secara individual dan mendapatkan gagasan-gagasan dan saran-saran kemudian manajer membuat keputusan yang dapat atau tidak mencerminkan masukan-masukan atau perasaan para bawahan.
4. manajer membicarakan situasi keputusan dengan para bawahan sebagai suatu kelompok dan mengumpulkan gagasan-gagasan dan saran-saran mereka dalam suatu pertemuan kelompok.
5. manajer membicarakan situasi keputusan dengan para bawahan sebagai suatu kelompok dan kelompok menyusun dan menilai alternatif-alternatif. Manajer tidak bermaksud untuk mempengaruhi para bawahan dan berkeinginan untuk menerima serta mengimplementasikan setiap keputusan hasil konsensus.
Sementara itu, secara teoritis ada 4 gaya pengambilan keputusan yang biasanya dilakukan oleh seorang pemimpin. Keempat gaya tersebut adalah:
1. Gaya Direktif
2. Gaya Analitik
3. Gaya Konseptual
4. Gaya Perilaku
6.4 Metode Kuantitatif dalam Pengambilan Keputusan
Umumnya pendekatan kuantitatif dalam pengambilan keputusan yang menggunakan model-model matematika. Sebagai contoh sederhana, bagaimana mengatur 50 kursi dengan ukuran tertentu ke dalam sebuah ruangan dengan ukuran tertentu pula. Dengan ukuran kursi dan ruangan, maka akan ditemukan cara terbaik untuk mengatur kursi; apakah 5 baris kali 10 lajur, atau sebaliknya, semuanya tergantung ukuran ruangan yang ada.
Untuk kasus yang lebih kompleks tentu saja dibutuhkan model matematika yang lebih rumit. Telah banyak model analisis kuantitatif yang dikembangkan dalam pengambilan keputusan. Secara umum, semua metode kuantitatif akan mengkonversikan data mentah menjadi informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dari :
RAW MATERIAL -> ANALISIS KUANTITATIF -> INFORMASI YANG BERGUNA
Sebagai contoh, dalam memproduksi produk A dan B, menggunakan bahan baku X, Y, Z, diketahui keuntungan penjualan produk A dan B. Angka yang menunjukkan banyak tiap bahan yang tersedia dan keuntungan dari tiap produk adalah data mentah. Analisis kuantitatif akan memproses data tersebut sehingga dihasilkan komposisi produksi (berapa banyak produk A dan B diproduksi) yang menghasilkan untuk optimal. Hasil inilah yang disebut dengan informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan.


7.1 Pengertian Perencanaaan
Perencanaan merupakan proses awal dimana manajemen memutuskan tujuan dan cara pencapaiannya. Perencanaan adalah hal yang sangat esensial karena dalam kenyataanya perencanaan memegang peranan lebih bila dibandng dengan fungsi-fungsi manajemen yang lainnya, yaitu pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Dimana fungsi-fungsi manajemen tersebeut sebenarnya hanya merupakan pelaksanaan dari hasil sebuah perencanaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, oleh siapa. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan datang dalam mana perencanaan  dan kegiatan yang diputuskan akan dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana dibuat.

7.2 Alasan-alasan Perlunya Perencanaan di dalam organisasi
 Ada dua alasan dasar perlunya perencanaan. Perencanaan dilakukan untuk mencapai :
1) “protective benefits” yang dihasilkan dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan,
2) ”positive benefits” dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian tujuan organisasi.
Selain itu, ada beberapa alasan mengapa perencanaan begitu penting terhadap manajemen organisasi, yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan menjadi jelas dan terarah
2. Semua bagian yang ada dalam organisasi akan bekerja ke arah satu tujuan yang sama
3. Menolong mengidentifikasikan berbagai hambatan dan peluang
4. Membantu pekerjaan menjadi lebih efisien dan efektif
5.  Perencanaan sendiri dapat diartikan aktivitas pengawasan .
6.  Perencanaan juga membantu untuk mengurangi resiko dan ketidakpastian

7.3 Tahap-Tahap Perencanaan
Semua kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui empat tahap sebagai berikut ini:
1.    Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan
    Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan atau kebutuhan organisasi atau kelompok kerja. Tanpa rumusan tujuan yang jelas, organisasi akan menggunakan sumber daya nya secara tidak efektif.
2.  Merumuskan keadaan saat ini
    Pemahaman dari posisi perusahaan sekarang dari tujuan yang hendak dicapai atau sumber daya yang tersedia untuk pencapaian tujuan, adalah sangat penting, karena tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan datang
3.   Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan
    Segala kekuatan dan kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasikan untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan.
4.     Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan
   Tahap terakhir dalam proses perencanaan meliputi pengembangan sebagai alternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan, penilaian alternatif-alternatif tersebut dan pemilihan alternatif terbaik (paling memuaskan) di antara berbagai alternatif yang ada.



7.4 Dasar-dasar Pengklasifikasian Rencana
Di bawah ini ada beberapa dasar dalam pengklasifikasian rencana, yaitu sebagai berikut :
1. Bidang fungsional
Mencakup rencana produksi, pemasaran, keuangan, dan personalia. Setiap faktor  memerlukan tipe perenanaan yang berbeda. Misal, rencana produksi akan meliputi perencanaan kebutuhan bahan, scheduling produksi, jadwal pemilharaan mesin, dan sebagainya. Sedang rencana pemasaran berisi target pejualan, program promosi.
2. Tingkatan organisasional
Termasuk keseluruhan organisasi atau satuan-satuan kerja organisasi. Teknik-teknik dan isi perencanaan berbeda untuk tingkatan yang berbeda pula. Perencanaan organisasi keseluruhan akan lebih kompleks daripada perencanaan suatu satuan kerja organisasi.
3. Karakteristik-karakteristik (sifat-sifat) rencana
Meliputi faktor-faktor kompleksitas, fleksibilitas, keformalan, kerahasiaan, biaya, rasionalitas, kuantittif dan kualitatif. Misal rencana pengembangan produk biasanya rahasia, rencana produksi lebih bersifat kuantitatif dibanding rencana personalia.
4. Waktu
Menyangkut rencana jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Semakin lama rentangan waktu prediksi dan kejadian nyata, kemungkinan terjadinya kesalahan semakin besar. Sebagai contoh, tingkat kepastian rencana pembangunan pabrik baru 10 tahun yang akan datang, lebih rendah dibanding rencana untuk pindah kantor 2 minggu lagi.
5. Unsur-unsur rencana
Dalam wujud anggaran, program, prosedur, kebijaksanaan, dan sebagainya. Perencanaan meliputi berbagai tingkatan dan setiap tingkatan merupakan bagian dari tingkatan yang lebih tinggi. Perencanaan ini berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, seperti program pengiklanan, prosedur seleksi personalia, anggaran penelitian dan pengembangan, dan seterusnya.

Konflik dalam Keluarga
Anggota keluarga saya berjumlah 5 orang yaitu ayah, ibu, kakak laki-laki,saya,dan adik laki-laki. Perbedaan umur antar saudara saya juga cukup jauh yaitu selisih 5 tahun. Dalam suatu keluarga pastinya kami sering menghadapi perbedaan pendapat sehingga dalam memanajemen keluarga selalu ada saja hambatan dan rintangan untuk menjaga keluarga kami tetap rukun dan harmonis. Sekarang ini orang tua saya sedang membangun sebuah rumah. Dalam membangun, semua pihak pasti memiliki pendapat apa saja yang akan dibuat dan dicocokkan dalam rumah tersebut. Dalam keluarga saya, ibu adalah sosok yg sangat egois dan segala keputusan di dalam rumah biasanya diputuskan oleh ibu saya sedangkan ayah saya pihak yang selalu mengikuti apa kata ibu saya. Sehingga dalam keluarga ini pun saya berserta saudara-saudara saya tidak berani untuk membantah ataupun bertindak yang bukan keputusan ibu.
Pada suatu ketika, ibu saya memilih properti rumah dimana ia memilih warna pintu sesuai keinginannya. Ayah saya hanya menuruti dan langsung mengkordinasikan pada tukang untuk membuat sesuai keinginan ibu saya. Namun ternyata terjadi salah komunikasi antara ibu dan ayah saya dimana ayah saya salah mengkordinir tukang dan hasilnnya berbeda dengan apa yg diinginkan ibu saya sehingga terjadilah suatu konflik. Ibu saya menyalahkan ayah saya yang kurang komunikasi dan asal jalan saja sedangkan ayah saya merasa dirinya sudah benar dan tidak salah dalam mengkordinir tukang. Memang ayah saya tipe orang yang sedikit bicara dan lebih kepada tindakan langsung dibanding ibu saya yang tipe orang bisa dibilang banyak bicara dan agak sedikit cerewet atau "melid" dalam istilah Balinya. Dengan perbedaan yang sangat berbanding terbalik ini, setiap ada kekeliruan kecil sedikit saja pasti memicu pertengkaran yang cukup besar seperti halnya masalah tadi dimana ayah saya salah mengkordinir tukang. Pada saat ditanya ibu saya mengapa demikian, ayah saya hanya diam dan menjawab seperlunya saja yang malah memancing emosi ibu saya sehingga cerewet ibu-ibu pun keluar. Mungkin ayah saya sudah sejak lama memendam amarahmya dan tanpa pikir panjang ia malah mengamuk dan marah-marah tak jelas, bahkan hingga menendang kursi namun tidak menyakiti ibu saya. Ayah saya tergolong orang yang sangat sabar dan jarang marah-marah seperti iti, sehingga saya dan saudara-saudara pun ikut terkejut dan tak berani berkata apa. Pada saat itu suasana di rumah sangat mencekam karena ayah saya tidak pernah mengamuk seperti itu sehingga saya dan saudara saya bingung dan tak bisa berbuat apa-apa lagi. Biasanya jika terjadi pertengkaran seperti ini pasti kakak saya yang sudah berpikiran dewasa tersebut akan angkat bicara dan meluruskan persoalan tapi pada saat kejadian ini terjadi dia pun hanya diam dan tidak membela siapapun. Disatu sisi saya kasihan dan mengerti akan keadaan ayah saya yang mungkin sudah lelah memendam amarah setiap kali dimarah oleh ibu saya, namun ayah saya juga salah jika mengamuk seperti itu. Pada saat kejadian itu, ayah saya langsung pergi dan ibu saya hampir pingsan karena shock dengan tindakan ayah saya. Namun keesokan harinya keluarga saya merundingkan tentang kejadian yang terjadi dan kami menyadari pentingnya komunikasi dan kepercayaan dalam keluarga. Ayah saya sadar dan mengakui kesalahannya telah mengamuk dan berusaha untuk mengungkapkan apa saja yang ia rasakan agar tidak terjadi kesalahan paham antara ibu saya. Ibu saya juga menyadari dirinya memang egois dan terkadang tidak mau mendengarkan pendapat yang lain tetapi ia bersikap seperti itu agar semua berjalan dengan baik dan demi keluarganya walaupun terkadang sangat memaksa dan hanya semata-mata hanya keputusan sepihak dari ibu saya saja. Kami sebagai anak juga harusnya bisa mengkondisikan keadaan disaat terjadi konflik antara ibu dan ayah saya agar tidak terjadi pertengkaran yang cukup besar. Sehingga dari kasus konflik tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk membangun keluarga yang harmonis dan rukun semua anggota keluarga harus mampu manajemen atau mengatur mana yang baik dan buruk, serta menjaga hubungan komunikasi setiap keluarganya agar mampu mencapai tujuan yang diinginkan bersama.


welcome, in feel in bali... I was the author of this blog, I am a student of law faculty Udayana University, Bali .. I write this blog because of my love of bali, this blog also provides travel information that aims to facilitate information about bali, I also have a qualified agent tour with a friendly price .. book it now ....
© 2020 Feel in Bali

Designed by Open Themes & Nahuatl.mx.